Percaya tidak percaya di dunia ini masih ada orang-orang aneh yang usianya dipanjangkan oleh Allah hingga ratusan tahun. Mengapa saya bilang aneh, karena mereka bisa muncul dan menghilang begitu saja, mau menemui orang-orang yang dikehendaki saja, lebih unik disebut highlander, sesuai film era 2000an. Para Highlander inilah konon yang menjaga nusantara dari bala bencana dan terus menjaga, melindungi, menolong kaum yg lemah. Tidak ada namun Hidup, Jarang terlihat tapi nyata. Dan termasuk golongan Wali wali Allah.
Salah satunya Highlander yg saya maksud yaitu Eyang Andri yang tinggal di wilayah hutan gunung wonosalam jombang jawa timur. Beliau telah lulus empat perjalanannya, yaitu Syareat, Thoriqot, Hakekat dan Ma’rifat. Beliau mempunyai bacaan sholawat tertentu yang dibaca 100 kali setelah sholat fardhu. Jadi dalam sehari semalam jumlahnya 500 kali.
Konon, Beliaulah termasuk salah satu yang mengasuh Bung Karno sewaktu kecil serta mengasah ilmu Presiden RI pertama tersebut.
Menurut cerita Pernah suatu kali di rumahnya tiba-tiba segelas kopi yang ada di hadapan beliau habis, Lalu beliau berkata "No..No.. Wong wis mati kok isih biso ngentekno kopi".
No..No.. orang yang dimaksud Eyang Andri adalah Bung Karno
Semakin banyak saksi yang menguatkan bahwa usia Mbah Andri ratusan tahun. Meski Mbah Andri sendiri tidak merespon saat ditanya masa lalu yang berkaitan penguasa tanah Jawa saat dia masih muda atau masih kecil.
Selain beberapa warga yang pernah minta bantuannya, yang paling kuat dinyatakan Saerah (71) dan Ngatemi (65), warga Wonoasih, Wonosalam, Jombang tidak jauh dari rumah Mbah Andri. Menurut mereka, Mbah Andri tidak mengalami perubahan baik fisik maupun bicaranya, sejak mereka mengenalnya sekitar tahun 50-an.
Saat itu, menurut Saerah yang berasal dari Ponorogo, bersama suaminya, Slamet (80) merantau ke daerah itu, langsung menempati hutan karet di Desa Wonomerto, Wonosalam. Letaknya di dalam hutan. Untuk menunju ke lokasi itu, harus melalui jalan setapak yang terjal dan penuh dengan rintangan dahan serta ranting kayu hutan.
“Sekitar tahun 50, saya masuk hutan itu sudah ada Mbah Andri. Tetapi setelah beberapa tahun. Sebab rumah kami berjauhan, maklum di dalam hutan. Sejak saya kenal, namanya memang Andri,” tutur Saerah dengan bahasa Jawa.
Kata Saerah, kondisi Mbah Andri tahun itu, sama dengan kondisi saat ini, baik raut muka, cara bicara yang cadel, cara berjalan dan sebagainya. Yang aneh, dalam usia setua itu, dengan kondisi renta, Mbah Andri masih bisa membuahkan keturunan dari istrinya, Mbah Minem. Terbukti, sekitar 20 tahun lalu, mempunyai anak lagi, diberi nama Ngateno. Anak ini, persis Mbah Andri, dan diyakini akan mewarisi ilmunya, tetapi beberapa waktu lalu meninggal dunia.
Kelebihan Mbah Andri, kata Saerah lagi, sering menghilang, tahu-tahu datang membawa bahan-bahan makanan dan perabot rumah tangga, yang tentu berasal dari kota. Padahal, tidak mungkin dia bisa membawanya sendiri. “Tahun itu kira-kira pantasnya barang-barang itu ya dari Surabaya atau Mojokerto, atau mungkin Jakarta. Tetapi kok bisa hanya sebentar mendapat barang sebanyak itu,” jelas Saerah.
Selain itu, lanjutnya, Mbah Andri dikenal bisa mendatangkan binatang hutan, dan bisa berkomunikasi dengan para binatang itu. Tetapi tidak ada tetangganya yang berani melihatnya, meski diminta Mbah Andri. “Ya tajut kena sasaran serangan. Sebab katanya sampai ribuan binatang Bhutan. Ada ular, macan, gajah, burung, kera dan lain-lainnya,” katanya.
Mengapa waktu itu Mbah Andri berada di hutan itu? Kata Ngatemi yang kelahiran asli Desa Wonomerto, waktu itu Desa Wonoasih belum ada. Puluhan KK tinggal di hutan karet yang disebut ‘Galangan’. Mereka hidup puluhan tahun di situ.
Baru setelah hutan karet yang digarap sekitar 50 orang dengan jarak rumah yang berjauhan itu, diminta oleh seorang dokter Surabaya yang memperalat punggawa desa, mereka diusir, termasuk Mbah Andri. Kemudian ditempatkan di Wonoasih sekarang ini.
Waktu itu, jalannya juga masih setapak. “Karena itu, ilmu yang diajarkan Mbah Andri itu, ilmu kekebalan. Tetapi bukan saja kekebalan kulit, melainkan kekebalan batin, salah satunya kesabaran. Diperlakukan seperti itu, Mbah Andri tidak melawan. Padahal jelas mampu. Wong dia bisa membakar hutan tanpa api, bisa membunuh orang tanpa menyentuh,” katanya.
Memang Mbah Andri dikenal gudangnya kekebalan. Sudah ribuan orang yang diberi ilmu itu. Tetapi proses menjalani lakonnya memang berat. Misalnya, dalam waktu 41 malam, setiap pukul 12 malam sampai terbit fajar harus berendam di sungai yang ditentukan. Sungai yang digunakan untuk penggemblengan itu, biasanya di Desa Bareng, sekitar 8 km dari Wonoasih.
Ketika ditanya soal ini, Mbah Andri hanya tersenyum. “Kowe pilih endi, dibacok ora tedas, karo ora sido dibacok. Nek dibacok ora mempan, wong sing mbacok mesti isih duwe rencana golek lenane. Nanging yen ora sido dibacok, biasane dadi sedulur (kamu pilih mana, dibacok tidak mempan, dengan tidak jadi dibacok.
Kalau dibacok tidak mempan, pasti yang membacok masih menyimpan rasa dendam. Tetapi kalau tidak jadi membacok, biasanya menjadi saudara), ”kata Mbah Andri.
Seperti yang dijelaskan Saerah, Mbah Andri selalu melayani semua permintaan tolong siapa saja.
Hanya saja, biasanya yang berkeinginan naik pangkat, naik gaji, pindah tugas, ingin menduduki satu jabatan, mencalonkan kepala desa, itu yang sudah sering terbukti berhasil. “Banyak yang sudah berhasil. Sampai sekarang juga banyak yang minta, terutama hari Minggu, wah banyak tamunya,” urai Saerah.
Foto Pertama menurut pendapat seorang kawan bukanlah Eyang Andri, mungkin saja anaknya. Foto yang asli insya Allah pada media massa koran. Eyang Andri inilah salah satu yang memegang ilmu makrifatullah wali-wali Nusantara jaman dulu.
Namun menurut kabar beliau sudah wafat, semoga Allah memberikan tempat yang tinggi dan mulia di sisiNya. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar