Selasa, 06 April 2021

WAFATNYA SEORANG MURSYID


Innalillahi wa innailaihi roji'uun, telah berpulang ke Rohmatullah Abah Uci Al Turtusi.
Wafatnya seorang mursyid sekaliber beliau mengingatkan saya pada wafatnya alm. Hadrotusy syekh Romo KH. Achmad Asrori al ishaqi kedinding, surabaya. Seorang mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah jawa timur yg masih keturunan Sunan Giri.
Ribuan ummat berdatangan, para pecinta, salik/santri hingga para pejabat . Allah betul-betul memuliakan para kekasihNya. Semoga Allah memberikan penggantinya.

Di tahun 2006 sewaktu saya menghadiri majelis TQN surabaya, hadir juga tamu² undangan dari Yaman, salah satunya ialah Al Habib Umar bin Hafidz pada waktu itu majelis Rasulullah milik alm. Habib Mudzir al musawwa Jakarta belum ada tentunya tapi kemungkinan masih merintis dakwah online di website resmi.
Saya belum begitu familiar ttg Habib Umar bin Hafidz ini masih muda banget waktu itu antara 30 s/d 40 tahunan usianya. Dan juga ikut mengisi sesi mauidzhoh hasanah dg bahasa Arab. Baru ketika 2010 ke atas booming majelis Rasulullah alm. Habib Mundzir di Jakarta.
Di setiap masa ada waliNya yang memimpin, entah wali quthub, atau apapun derajatnya yang dipersiapkan Allah. Semoga Allah tetap memelihara bumi ini dengan cahaya ilmu-ilmu para wali dan orang-orang sholih. Cuma saran saya buat sedulur kalau punya anak sekolahkanlah di pesantren, bila perguruan tinggi pun juga ada yg berbasis keagamaan. Supaya negeri kita tidak tergerus faham hedonisme, oligarki, kapitalisme yang melulu menggoda generasi dg urusan urusan dunia, karena cikal bakal hancurnya sebuah negeri ialah generasi mulai melupakan ilmu agamanya, teracuni paham cinta dunia dan lupa akhirat.

Wafatnya seorang ulama merupakan cara Allah mengangkat ilmu dan merupakan kebocoran yang tidak bisa ditambal. 
"Ojo nganti generasi dadi generasi sing kepaten Obor amargo kelangan ilmu"
Demikianlah. Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar