Sabtu, 11 Desember 2021

RUMI #1

Asslammualaikum.. 


Jalāl ad-Dīn Mohammad Rūmī :

Jika ilmu pengetahuan dan logika membuat orang semakin pandai dan cerdik, mengapa pada saat yang sama menimbulkan permusuhan? 
Mengapa orang beriman itu berpikiran sempit dan banyak melakukan penyimpangan? 
Apakah pandangan sempit merupakan sifat dan ciri para pendiri agama besar? 
Apa sebenarnya nilai kitab suci bagi orang beriman? 
Apakah hanya untuk dibaca dengan suara merdu dan tidak untuk ditafsirkan dalam rangka menjawab realitas kehidupan?
Mengapa orang beriman yang tahu isi kitab suci itu gagal dalam tindakan dan muamalah?

"Bila kamu ingin mempelajari suatu rahasia, hatimu harus melupakan tentang rasa malu dan martabat. Kamu adalah orang yang dicintai Tuhan, namun kamu mengkhawatirkan apa yang orang katakan."

Jangan tanya apa agamaku. Aku bukan Yahudi, bukan Nasrani, bukan Majusi, dan bukan pula Islam. Karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.

"Tidaklah penting bagimu berapa banyak bahasa yang engkau kuasai. 
Sebab, apa yang membuatmu jadi berharga itu, adalah penguasaanmu terhadap bahasa hati."

"Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat menurut kadar cahayanya. Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, semakin jelaslah ia melihat segalanya."

"Hikmah Tuhan menciptakan dunia supaya segala sesuatu yang ada dalam pengetahuan-Nya menjadi tersingkap."

"Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam dunia yang tak terlihat. Bentuk akan berubah, namun intisarinya tetaplah sama."

"Seperti Adam dan Hawa yang melahirkan sekian banyak jenis, cinta lahir dalam sekian banyak bentuk. Lihatlah dunia penuh dengan lukisan, namun ia tidak memiliki bentuk."

"Hanya hati yang dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi."

"Para nabi menerima semua penderitaan dan memercayainya. Sebab air tidak pernah takut akan api."

"Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam."

"Dengan cinta, yang pahit menjadi manis. Dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh. 
Pernahkah kebodohan menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini?"

Setiap waktu yang berlalu tanpa cinta akan menjelma menjadi wajah memilukan di hadapan Tuhan."

Selasa, 07 Desember 2021

KHASIAT DAUN KELOR

KHASIAT DAUN KELOR

Alhamdulillah, telah hadir setetes kesembuhan dari Allah SWT yang dititipkanNya pada tanaman yang tanpa kita sadari banyak tumbuh di sekitar kita yang biasa nya kita kenal dengan sebutan "Kelor", yang telah dinobatkan oleh WHO sebagai "Sang Pohon Ajaib" ("The Magic Tree").‎ 
Peribahasa kuno mengatakan: "Dunia tak selebar daun Kelor", tapi ternyata kandungan gizinya dan khasiatnya bagi kesehatan tertinggi di Dunia.‎

Pohon Kelor adalah tanaman asli Indonesia yang dalam bahasa biologinya bernama Moringa Oleifera.‎ Seiring berjalannya waktu, penelitian ilmiah tentang manfaat Daun Kelor yang didengungkan sejak dahulu pun diteliti secara ilmiah. Seorang ahli obat tradisional, Gunter Harnisch dalam pengantar buku mengenai kejaiban Pohon Kelor menyebutkan keunggulan-keunggulan tanaman tersebut berdasarkan beberapa penelitian, seperti juga yang diungkapkan Peneliti Senior Bidang Etnobotani Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko B. Walujo, dalam Seminar Ilmiah Tanaman Obat Kelor di Kantor Badan POM, Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2015 yang lalu.

Berikut keunggulan Daun Kelor dibandingkan dengan yang lain:‎
- 2x lebih banyak dari protein pada kedelai;
- 6x lebih banyak dari Vitamin C pada jeruk;
- 4x lebih banyak dari Vitamin A pada wortel;
- 4x lebih banyak dari kalsium pada susu;
- 7x lebih banyak dari kalium pada pisang;
- 7x lebih banyak dari vitamin B1 dan B2 pada ragi;
- 6x lebih banyak dari polifenol pada anggur merah;
- 4x lebih banyak dari asam folat pada hati sapi;
- 4x lebih banyak dari vitamin E pada gandum;
- 2x lebih banyak dari serat pada gandum;
- 1,5x lebih banyak dari asam amino esensial pada telur;
- 25x lebih banyak dari zat besi pada bayam.
Manfaat Daun Kelor:‎
1. Menurunkan tekanan darah tinggi;
2. Mengurangi kolesterol buruk;
3. Meningkatkan kinerja jantung;
4. Menurunkan kadar gula dalam darah (mencegah/menyembuhkan diabetes);
5. Sebagai antioksidan, mengeluarkan racun dlm tubuh;
6. Anti kanker/tumor;
7. Mencegah kerusakan hati dan ginjal;
8. Mengatasi kemandulan;
9. Menyembuhkan penyakit splenomegali yaitu terjadinya pembengkakan pada limpa;‎
10. Mempercepat produksi sel darah merah ( baik diminum untuk ibu2 pasca kelahiran);
11. Memperkuat rahim;
12. Membantu meringankan sakit pegal karena asam urat dan rematik.

Referensi lain tentang Pohon/Daun Kelor:
Semoga bermanfaat...

Selasa, 09 November 2021

KABAR DUKA

Innallillahi wa inna ilaihi raji'un telah pulang kerahmatullah 
KH ABDUL HAKAM KHOLIQ HASYIM

Salah satu cucu hadrotusyeikh Hasyim Asy'ari putra KH Abdul Kholiq Hasyim, waktu beliau banyak dihabiskan dengan dzikir, bibirnya selalu terlihat berdzikir dalam kondisi apapun.

له الفاتحة

اللهم اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Rabu, 20 Oktober 2021

SHOLAWAT AL HINDI (ijazah gratis)

IJAZAH UMUM SHOLAWAT AL HINDI SPECIAL MAWLID

Assalaamu'alaikum wr.wb 
Bagaimana kabar saudaraku semua, semoga sehat selalu sekeluarga. 
Kali ini saya ijazahkan salah satu Sholawat karangan Syeikh al Hindi yang mana konon beliau mendapatkan sholawat ini lewat mimpi diajari langsung oleh Rasulullah S.A.W. 

اَللَّهمَّ صلِّي وَ سلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آل سَيِّدِنَا 
مُحَمَّدٍ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفْسٍ بِعَدَدِ كلّ مَعْلُوْمِلَكَ

ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLIM 'ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA 'ALA AALI SAYYIDINA MUHAMMADIN FII KULLI LAM LAM HATIW WA NAFSIN BI 'ADADI KULLI MA'LUMILAK

Sholawat ini sekilas mirip Sholawat nariyah namun sholawat ini bagus sekali manfaatnya terutama bagi yang masih menuntut ilmu sehingga mudah mendapatkan ilham atau petunjuk. 
Barangsiapa istiqomah membaca sholawat ini maka bi'idznillah ia akan mendapatkan ilmu dan rahasianya. Dan jika ia wafat maka akan diwafatkan dalam ke adaan husnul khotimah.

Untuk tawasul silahkan amalkan Tawasul Karomah Kubro yg sudah terbukti asrornya ditambah Syeikh al Hindi.

Demikianlah, ijazah selesai 

Senin, 18 Oktober 2021

MAULID NABI 1443 H

SELAMAT MEMPERINGATI HARI KELAHIRAN BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW 12 Rabiul Awwal 1443

Tiada hari yang indah selain maulid dan mengingat tauladan Nabi Muhammad SAW 
Semoga dengan momentum maulid ini kita semakin istiqomah menjalankan sunnah Rasulullah S.A.W

Jumat, 15 Oktober 2021

KISAH SEORANG PASTUR DIDATANGI NABI KHIDIR A.S


KISAH SEORANG PASTUR DIDATANGI NABI KHIDIR AS

- Manaqib Guru Sekumpul Syekh Muhammad Zaini Ghoni Al Banjari -

Saya (Hendra, 40 tahun) sejak kecil dididik dalam ajaran Kristen yang ketat. Bahkan oleh orangtua saya, saya disekolahkan hingga ke Vatikan. Sekian lama akhirnya saya pun menyandang predikat sebagai Pastur. Saya juga memperoleh kepercayaan untuk menggembala umat di sebuah gereja di Banjarbaru Kalimantan, tepatnya seberang Unlam Banjarbaru. 

Sekitar tahun 2000 an,  saya bersama rekan pastur lainnya berniat untuk rekreasi, mengisi liburan akhir pekan. Tujuan kami adalah ke Pantai Takisung, Tala. Dengan menggunakan bus pinjaman dari gereja di Banjarmasin, kami pun berangkat. Di pantai, kami mendirikan tenda. Sebagaimana kebiasaan, sebagai seorang pastur, saya memperoleh tenda sendiri, jadi tidak ada teman dalam tenda saya. Sementara anggota rombongan lainnya, berdesakan di tiga tenda lainnya.
 
Malam itu, sebelum tengah malam, kami pun masuk kemah dan terlelap. Dan pada tengah malamnya, saya terbangun karena saya mendengar ucapan salam dari seseorang dari luar tenda saya. 

"Assalamu'alaikum," kata orang asing itu. Salam itu diulang lagi sambil menepuk - nepuk tenda saya. 

Penasaran, saya pun bangkit dan keluar dari kemah. Karena saya Kristen, saya tak menyahut salam tersebut. Saya lalu mengampiri seorang kakek yang belum pernah saya kenal. Ia memakai jubah berwarna hijau dan bolang juga berwarna hijau, janggutnya hitam namun ada kombinasi putih di bagian ujungnya. Saya lalu menyalami tangannya. Aneh, kehalusan tangan kakek itu rasanya lebih halus dari kain sutra sekalipun. Dan pada bagian jempol kanan kakek itu seperti tidak bertulang. 

"Kenapa jempol kakek seperti tidak bertulang," tanya saya.

"Oh.. ini akibat kecelakaan, tapi nanti saja saya ceritakan," kata kakek itu. 

"Ada apa kakek, ada keperluan apa," tanya saya. 

"Saya hanya menyampaikan, bahwa sudah saatnya kamu berpindah dari agamamu ke Islam, seperti agama kakek," Sahut kakek misterius itu. 

Saya lihat sekeliling, tak ada seorang pun dari kawan - kawan saya yang terbangun dari dalam kemah lainnya. 

"Saya tidak bisa kek, karena sudah delapan turunan kami adalah penganut Kristen yang taat," jawab saya. 

"Tidak, memang sudah saatnya kamu mengikuti agama yang benar, yakni Islam. Sebab sejak dalam perut ibumu, di dahimu sudah dituliskan Allah asma-Nya," tegas kakek tersebut. 

Saya lantas berpikir cepat. "Kalau memang kakek benar, apa kakek bisa menunjukkan mu'jizat sebagai tanda kebenaran dari Tuhan," pancing saya. 

"Kalau itu soal gampang," kata kakek itu sambil tertawa.

Entah bagaimana, tiba - tiba dari genggaman kakek itu muncul sebuah gelas kecil lagi bening. "Zam-zam, ambil air Zam-zam itu," Perintah kakek itu kepada saya sambil menyodorkan gelas dan menunjuk ke laut.
 
Mengertilah saya kalau saya mesti mengambil air laut itu. Kakek itu menyuruh saya minum tiga tegukan. Anehnya, kala minum tidak asin, melainkan tawar. Baru saja selesai tegukan ketiga, tiba - tiba saya merasakan gatal yang sangat hebat. Saya sadari rasa gatal itu berasal dari jubah pastur, salib dan perlengkapan yang saya kenakan kala itu. Seketika itu juga melepaskan atribut kepasturan saya. Begitu sudah lepas semua, tinggal celana dan sepatu, barulah rasa gatal yang hebat itu hilang. Rasanya seperti digigit semut gatal yang sangat banyak. Mulai saat itu, mulai ada rasa takjub kepada kakek tersebut. 

"Siapa nama kakek, dan di mana kakek tinggal," tanya saya. 

"Nanti kamu juga tahu dengan sendirinya siapa saya. Adapun tempat saya di sana," Kata kakek itu sambil menunjuk ke arah laut, yang di kejauhan saya lihat seperti ada lampu kelap - kelip.
 
Namun anehnya saat itu, seperti ada jalan dari tempat kami berdiri ke arah tempat yang ditunjuk kakek tersebut. Kami lalu berjalan menyusuri jalan tersebut. Namun, di tengah perjalanan, kakek itu menghentikan langkahnya. "Belum saatnya kamu memasuki kediamanku, karena kamu masih belum suci. Kamu mesti beragama seperti agama kakek," kata kakek tersebut yang pembawaannya tenang dan berwibawa. Seketika saja kakek tersebut menghilang. 

Belum sempat saya berpikir banyak, tiba - tiba sebuah ombak menghantam muka saya, dan seketika saya tersadar rupanya saya sudah ada di air laut.

Saya lalu bergegas keluar air menuju pantai. Sekali lagi aneh, yang basah cuma muka saya, sedang celana dan sepatu saya masih kering seperti semula. 

Dengan masih terheran - heran, saya memandang ke arah laut. Seiring waktu, saya pun masuk ke dalam tenda dan merebahkan diri dan akhirnya tertidur. Pukul enam pagi, saya bangun dari pembaringan dan ingin melihat keadaan pantai di mana saya tadi malam bersama seorang kakek misterius terlibat dialog yang masih segar diingatan. Saya perhatikan, memang masih ada jejak sepatu saya di pantai. Bahkan, meski ombak beberapa kali menghantam pantai, jejak kaki saya masih ada. Saya kenal betul bagaimana tapak sepatu yang saya pakai.

Sepulang dari Takisung itu lah, pikirannya saya mulai berkecamuk. Keimanan saya kepada ajaran Kristen sedikit demi sedikit mulai luntur. 

Lama saya di tengah berkecamuknya pikiran, apakah akan pindah agama atau tetap dalam kepercayaan lama, bahkan saat itu saya sempat terlibat dalam perang Sampit, saya (Hendra) kebetulan punya kenalan yang masih keluarga dari Guru Rosyad. Dari sini saya punya keinginan untuk mempelajari Islam sedikit demi sedikit. Namun, oleh karena Guru Rosyad sakit - sakitan, beliau menyarankan agar saya masuk Islam dengan bimbingan Abah Guru Sekumpul. 

Maka dengan diantar oleh Guru Rosyad dan menantunya, saya menghadap Abah Guru Sekumpul, di rumah beliau di Sekumpul, sekitar tahun 2001. 

Begitu melihat saya, Abah Guru Sekumpul berkata, "Masih saja kah mencium secara tajam?" 

Saya sungguh kaget, karena beliau langsung tahu kalau saya bisa mencium bau suku tertentu.

"Inggih," kata saya. 

"Ibarat kebun binatang, perut kamu berkumpul banyak binatang," lanjut Abah Guru Sekumpul. 

Dan memang, karena saya bersuku Dayak, dan masih bercampur dengan kepercayaan Kaharingan, Ajian atau Untalan apa saja, sudah pernah masuk ke dalam perut saya.

"Kalau ingin ber Islam, kamu mesti dibersihkan dahulu," kata Abah Guru Sekumpul. 

Saya manut saja, ketika beliau menyuruh saya mengambil air minum di dapur. Kemudian beliau menyuruh saya meminum air tersebut dan beliau lalu menepuk pundak saya. Seketika saya merasa mulas dan muntah - muntah. Ada banyak kotoran hitam yang keluar dari mulut saya, sekira - kira satu mangkok ukuran sedang. 

Setelah beliau merasa sudah habis semua yang jelek - jelek dalam perut saya, kemudian beliau menyuruh saya berwudhu dan kemudian diislamkan dengan cara dituntun oleh beliau dua kalimat syahadat, yang saya ikuti dengan pelan : 

"ASYHADU AN LAA ILAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ROSULULLOH," ucap saya mengikuti. 

Begitu selesai pengucapan dan disahkan oleh hadirin, plong lah sudah rasa di hati. Selesai acara pengislaman saya, saya kembali bercengkrama dengan Abah Guru Sekumpul. 

Saat itulah saya memaparkan kisah lama saya di Pantai Takisung. Beliau sepertinya sudah mafhum. 

"Tahu kah kamu Nak, yang menemui kamu di Pantai Takisung itu ialah Nabi Khidr AS. Beliau itulah yang menguasai lautan maupun perairan. Apakah kamu ingin berjumpa kembali dengan beliau?" terang sekaligus tawar Abah Guru Sekumpul. 

"Inggih," jawab saya singkat.

Beliau lalu menyuruh saya mengambil air dalam baskom dari dapur. Beliau kemudian menyuruh saya bertawasul ke Nabi Khidir AS, bersholawat, serta menepuk air di baskom itu tiga kali. 
Ajaib, sekonyong - konyong keluarlah kakek seperti yang pernah saya lihat di Pantai Takisung. Kakek yang adalah Nabi Khidir itu muncul sepinggang dari permukaan air baskom. Saya cuma kagum tak bisa bicara. Abah Guru Sekumpul saya lihat menunduk dan mengangguk tiga kali. Sekejap kemudian, Nabi Khidr sudah menghilang. 

"Nak, tadi beliau berpesan agar kamu benar - benar dalam beragama (Islam). Ibarat sekarang sudah diberi lembaran kertas putih, jangan sampai dibikin kotor lagi," kata Abah Guru Sekumpul. 

Saya (Hendra) mengingat betul pesan Nabi Khidir AS yang disampaikan melalui Abah Guru Sekumpul. Abah juga menyampaikan nasihat tambahan. "Nak, bila kamu sudah Islam kemudian menjadi kaya raya, berarti Islam kamu tidak lah benar-benar. Namun, jika nanti kehidupanmu sulit dan susah, maka berarti kamu sudah beragama dengan benar. Sebab Allah berkehendak menguji keikhlasan kamu mengikut agama yang haq ini," papar Abah Guru Sekumpul. 

Saya hanya bisa menganggukkan kepala seraya berkata, "Inggih Abah." 

Beliau kemudian berdo'a memohon kepada Allah semoga saya ditetapkan iman dan selamat dunia wal akhirat untuk bisa berkumpul dengan beliau kembali di akhirat. Saya merinding jika mengingat peristiwa itu. 

Perlu diketahui bahwa selama saya menjadi pastur di gereja di Banjarbaru itu, kehidupan saya begitu menyenangkan, tak ada kesusahan. Tiap kali mau belanja atau apa saja, tinggal ambil duit di kas gereja. Pokoknya, sumbangan dari gereja yang lebih tinggi, dari Vatikan dan sumbangan jema'at begitu banyak, saya tak pernah kekurangan uang, bahkan berlebih.

Namun setelah saya masuk Islam, kehidupan yang susah pun langsung saya temui. Namun, untunglah, keluarga Guru Rosyad terkadang memanfaatkan jasa saya menyetirkan mobil keluarga mereka, misal pergi ke undangan acara Maulidan dan pengajian lainnya. 

Pernah ada pengalaman aneh atau yang bisa disebut karamah Abah Guru Sekumpul. Kami rombongan malam - malam baru saja pulang dari Madurejo di salah satu kecamatan di Kabupaten Banjar. Pada tengah malam saya menyetir mobil membawa rombongan keluarga Guru Rosyad, sementara Abah Guru dan rombongan lainnya di mobil lain di belakang kami. 

Begitu tiba di kawasan Astambul, mobil yang saya setir tiba - tiba mogok. Sadarlah saya kalau mobil sudah kehabisan bensin. Tengah malam itu sudah tidak ada lagi kios bensin yang buka. Tak berapa lama, tiba lah mobil di belakang yang membawa Abah Guru Sekumpul. Beliau keluar mobil.

"Ada apa Nak," tanya beliau. 

"Kehabisan bensin Abah," ujar saya.

"Coba cari ember," perintah beliau. 

Saya pun mencoba mencari ember. Kebetulan di sisi jalan lain ada truk terparkir dan ada sopirnya. Saya tanya apakah punya ember dan syukurlah si sopir truk punya ember. Saya pinjam dan saya bawa ke hadapan Abah Guru Sekumpul.

"Ambil air ke sungai," Perintah beliau. 

Saya pun turun ke sungai di bawah jembatan Astambul mengambil air.

"Masukkan air itu ke tangki bensin," perintah beliau lagi. 

Meski agak bingung saya turuti saja perintah beliau. 

"Masih kurang ?" tanya beliau. 

Saya cuma mengangguk. 

"Tambahi lagi dua ember," tendas beliau. 

Setelah semua air dimasukkan, saya diperintah menstarter mobil dan ajaib, mesin mobil hidup, dan penunjuk (indikator) bensin menunjukkan tanda full. Rombongan pun melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, Abah Guru Sekumpul berpesan, jika sudah sampai ke rumah, buang kembali air dari tangki. 

Kelebihan Abah Guru Sekumpul lainnya yang saya temui langsung, yaitu pernah saya lagi sakit dan mesti berobat ke dokter, namun tak punya duit. Saya lantas melapor ke kediaman Abah Guru Sekumpul. Saya ditemani seorang teman. Setelah dipersilakan penjaga regol saya masuk. Abah Guru Sekumpul keluar dari dalam rumah terlihat tergesa - gesa sambil memakai sarung. 

"Kenapa Nak, ada masalah apa," tanya beliau penuh kasih sayang. 

Saya pun mengisahkan kesulitan akibat sakit namun tak punya duit. Beliau dengan sigap merogoh buntalan sarung dan mengambil sesuatu. 

"Nah ini Nak, untuk berobat," ucap beliau. 

Saya mengucap terima kasih, mengecup tangan beliau dan permisi. Namun, berjalan keluar rumah beliau itu dengan hati bertanya - tanya. Teman saya bilang ada yang aneh, karena waktu masuk rumah, tampak sekali Abah Guru Sekumpul memakai sarung dan mustahil sempat memasukkan uang ke buntalan sarung. Ketika sampai ke dokter saya berobat, periksa dan menebus obat. Sekali lagi ajaib, uang yang diminta dokter maupun apoteker, totalnya pas Rp 250 ribu, sejumlah uang yang dikasih Abah Guru Sekumpul. 

Pernah saya meminta uang ke paman saya yang adalah pendeta terhormat di gereja Banjarmasin, namun karena dia tahu kalau saya sudah Muslim, saya malah dihardik. Bahkan bukan uang yang saya terima, melainkan hantaman gelas ke pelipis kanan, hingga sobek dan mengucurkan darah. Saya pulang dan mengadu ke Abah Guru Sekumpul. Beliau mengingatkan agar saya tak usah dendam. 

"Rasulullah sering dianiaya, dihina dan dicaci oleh umatnya yang belum beriman, namun Rasulullah tetap sabar, tak dendam bahkan beliau mendo'akan agar orang tadi mendapat hidayah dari Allah," nasihat beliau.

Itulah kenangan saya (Hendra) bersama Abah Guru Sekumpul.

Kisah dari seorang mantan Pastur, sebut saja Hendra (40).

Robbi fanfa'na bibarkatihim..
Wahdinal khusna bikhurmatihim..

Wa amitna fi thoriiqotihim..
Wa muafa'ti minal fitani..

Kamis, 07 Oktober 2021

MANAQIB SAYYID SULAIMAN, MBÈTÉK, MOJOAGUNG, JOMBANG

MANAQIB SAYYID SULAIMAN , MBÈTÉK, MOJOAGUNG, JOMBANG 

Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi tersebutlah seorang pemuda gagah berdarah Arab di tepi barat pulau Jawa, Cirebon. Selama beberapa bulan ia berlayar dari kampung halamannya di negara Yaman. Saat itu memang sedang gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa. Dan salah satunya adalah kakek Mbah Sayid Sulaiman, tokoh yang disebut di awal tulisan ini.
Orang-orang Arab ini datang dengan maksud bermacam-macam. Ada yang berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, ada pula yang berniaga seraya berdakwah. Pemuda itu bernama Abdurrahman. Ia adalah seorang Sayid keturunan Rasulullah yang bergelar Basyaiban. Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadramaut, yang terkenal alim dan sakti.

makam sayyid sulaiman betek mojoagung jombang

Sayid Abu Bakar mendapat julukan Syaiban (yang beruban) karena ada kisah unik dibalik julukannya itu. Suatu ketika, Sayid Abu Bakar yang saat itu masih tergolong muda menghilang. Sejak itu ia tidak muncul-muncul. Konon, ia uzlah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Baru setelah sekitar tiga puluh tahun, Sayid Abu Bakar muncul di Tarim. Ia tetap tampak muda. Tapi aneh, rambutnya putih, tak selembar pun yang hitam. Ia seperti berambut salju. Sejak itulah orang-orang menjulukinya Syaiban (yang beruban).

Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Basyaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Basyaiban. Lahir pada abad 16 Masehi di Tarim, Yaman bagian selatan, perkampungan sejuk di Hadramaut yang masyhur sebagai gudang para wali.

Dalam masa perantauannya ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa, Sayid Abdurrahman memilih bertempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian, ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin (?-1570 M). Putri bangsawan itu juga masih keturunan Rasulullah. Ia bernama Syarifah Khadijah, cucu Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dari pasangan dua keturunan Rasulullah ini, lahir tiga orang putra: Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (terkenal dengan sebutan Mbah Arif Segoropuro Pasuruan), dan Sayid Abdul Karim.

Mewarisi ketekunan leluhurnya dalam berdakwah, keluarga ini berjuang keras menyebarkan Islam di Jawa, tak jauh dengan apa yang telah dilakukan oleh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati, di Cirebon. Pengaruh dan ketekunan mereka dalam berdakwah membuat penjajah Belanda khawatir. Maka ketika menginjak dewasa, Sayid Sulaiman dibuang oleh mereka. Putra sulung Sayid Abdurrahman ini, kemudian tinggal di Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Di Pekalongan, beliau menikah dan mempunyai beberapa orang putra. Empat di antaranya laki-laki, yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir, dan Ali Akbar.

Dari Pekalongan Sayid Sulaiman berkelana lagi. Kali ini, Solo (Surakarta) menjadi tempat tujuan. Selama tinggal di Solo beliau terkenal sakti. Kesaktiannya yang sudah masyhur itu mengundang rasa iri seorang Raja dari Mataram. Sang Raja ingin membuktikan kesaktian Sayid. Maka diundanglah Sayid ke keraton.

Saat itu di istana sedang berlangsung pesta pernikahan putri bungsu sang Raja. Sayid Sulaiman dipanggil menghadap. Untuk memeriahkan pesta pernikahan putri bungsunya ini, Raja meminta agar Sayid memperagakan pertunjukan yang tak pernah diperagakan oleh siapapun.
“Sulaiman, anda ini orang sakti. Kalau benar-benar sakti, saya minta tolong buatkan pertunjukan yang tidak umum, yang belum pernah disaksikan oleh orang-orang sini,” pinta Raja Mataram kepada Sayid dengan nada menghina.

Mendengar permintaan Raja yang sinis itu, Sayid meminta pada Raja untuk meletakkan bambu di alas meja, sembari berpesan untuk ditunggu. Sayid Sulaiman lalu pergi ke arah timur. Masyarakat sekitar keraton menunggu kedatangan Sayid demikian lama, namun Sayid belum juga datang. Raja Mataram hilang kesabaran. la marah. la membanting bambu di alas meja itu hingga hancur berkeping-keping. Sesuatu yang ajaib terjadi, kepingan bambu-bambu itu menjelma menjadi hewan yang bermacam-macam. Raja Mataram tersentak melihat keajaiban ini, barulah ia mengakui kesaktian Sayid Sulaiman.

Raja Mataram kemudian menitahkan beberapa prajuritnya untuk mencari Sayid Sulaiman. Sedang hewan-hewan jelmaan bambu itu terus dipelihara. Hewan-hewan itu ditampung dalam sebuah kebun binatang yang kemudian diberi nama “Sriwedari”. Artinya, “Sri” adalah tempat, sedangkan “Wedari” adalah “wedar sabdane Sayid Sulaiman”. Kebun binatang itu tetap terpelihara. Tak lama berselang, Sriwedari menjadi sebuah taman dan obyek wisata terkenal peninggalan Mataram. Namun pada tahun 1978, binatang-binatang di Sriwedari dipindah ke kebun binatang Satwataru.

Nyantri di Ampel

Setelah meninggalkan Solo, Mbah Sayid Sulaiman pergi dari Solo ke Surabaya. Untuk sampai ke Surabaya, beliau harus melalui hutan belantara. Tujuan beliau menuju ke Ampel, Surabaya, adalah untuk nyantri kepada Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Raja Mataram. Ia mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Di antara utusan itu ada Sayid Abdurrahim, adik kandung Sayid Sulaiman sendiri. Sesampainya di Ampel, ia sangat terharu bertemu kembali dengan kakaknya tercinta. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Mataram. Ia ingin belajar kepada Sunan Ampel bersama sang kakak.

Pada suatu malam, saat murid-murid Sunan Ampel sudah tertidur pulas, tiba-tiba terdapat dua kilatan sinar menerpa dua orang murid Sunan Ampel yang sedang tidur. Sinar itu berwarna kuning keemasan. Sunan Ampel yang saat itu sedang tidak tidur, menghampiri tempat jatuhnya sinar tadi. Karena keadaan yang gelap, beliau tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua santrinya yang diterpa sinar keemasan ini. Beliau memutuskan untuk mengikat sarung kedua santrinya itu. Usai salat Subuh, Sunan Ampel bertanya kepada para santrinya,
“Siapa yang sarungnya tadi malam terikat?”
Mbah Sayid Sulaiman dan Mbah Abdurrahim mengacungkan tangan. Lalu, Sunan Ampel berkata,
“Mulai sekarang, santriku jangan manggil Sulaiman, jangan manggil Abdurrahim tok, tapi panggillah Mas Sulaiman dan Mas Abdurrahim!”
Panggilan ini menjadi cikal-bakal sebutan “Mas” (semacam “Gus”) oleh santri untuk memanggil keturunan para Masyayikh.

Riwayat belajarnya Sayid Sulaiman kepada Sunan Ampel ini sebenarnya masih sangat disangsikan. Soalnya, terdapat selisih tahun yang terlalu jauh antara masa hidup Sayid Sulaiman dan Sunan Ampel. Sunan Ampel hidup pada 1401-1481 M (abad 14 M), sedangkan Sayid Sulaiman diperkirakan hidup pada abad 17 M, jadi selisih tiga abad (300 tahun) dengan Sunan Ampel. Kemungkinan besar, Sayid Sulaiman belajar di Ampel ini tidak pada Sunan Ampel sendiri, tetapi pada generasi-generasi penerus beliau. Kemungkinan juga cerita di atas terjadi ketika mereka nyantri kepada Habib Sholeh (Mbah Semendi).

Keramat di Pasuruan

Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri pada Mbah Sholeh Semendi di Segoropuro. (Belakangan diketahui ternyata Mbah Sholeh adalah paman mereka sendiri, saudaranya ibu mereka, Syarifah Khodijah). Setibanya di Pasuruan, setelah mengungkapkan keinginan untuk menuntut ilmu, mereka diajak mandi di sungai Winongan oleh Mbah Sholeh Semendi. Ketika mereka sedang asyik mandi bersama, tiba-tiba Mbah Semendi hilang, tak lama kemudian, muncul lagi. Kejadian ini terulang sampai dua kali.

Mbah Sulaiman berfirasat bahwa Mbah Sholeh Semendi bermaksud mencoba kesaktiannya bersama adiknya berdua. Mereka berunding, jika nanti Mbah Sholeh sedang mandi, teklek (bakiak/sandal kayu zaman dahulu) miliknya dipegang bersama-sama agar Mbah Sholeh tidak bisa menghilang. Maka mereka memegang teklek Mbah Sholeh itu dengan mengerahkan segala kemampuan. Demikian pula Mbah Sholeh. Tapi Mbah Sholeh Semendi tidak bisa menghilang. Akhirnya ia tahu bahwa ia tidak bisa menghilang sebab tekleknya dipegang oleh Sayid Sulaiman dan Sayid Abdurrahim,
“Eh, eh, jangan begitu. Lepaskan sandal saya!” pinta Mbah Sholeh.
Setelah kejadian itu, Mbah Sholeh mengakui akan kesaktian dua bersaudara itu.

Banyak kisah-kisah luar biasa yang terjadi antara Sayid Sulaiman dan Mbah Sholeh. Di antaranya, pada suatu hari, Mbah Sholeh hendak bepergian. Sebelum pergi, beliau berpesan kepada semua santrinya agar halaman dibersihkan selama kepergiannya. Maka saat beliau berangkat pergi, semua santri Mbah Sholeh melaksanakan kerja bakti, Sayid Sulaiman dan Sayid Abdurrahim turut serta bersama mereka. Lagi-lagi Sayid Sulaiman membuat keajaiban. Ia mencabuti pohon-pohon besar hingga bersih total.

Setiba dari bepergiannya, Mbah Sholeh kaget melihat pohon-pohon besar yang dicabuti sampai bersih. Setelah tahu bahwa yang mencabuti adalah Sayid Sulaiman, Mbah Sholeh memerintahkan agar pohon-pohon itu dikembalikan seperti semula. Subhanallah, dengan izin Allah, pohon-pohon tersebut dapat dikembalikan lagi oleh Mbah Sayid. Sejak kejadian itu, berita tentang kesaktian Mbah Sayid Sulaiman tersiar dari mulut ke mulut di seluruh penjuru Pasuruan.

Setelah mondok di Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Sehingga beliau mendapat julukan Pangeran Kanigoro. Saat itu, beliau sempat menjadi penasehat Untung Surapati. Untung Surapati adalah tokoh terkemuka Pasuruan. Ia tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara di Pasuruan.

Berita tentang kesaktian Sayid Sulaiman juga terdengar oleh Raja Keraton Pasuruan. Raja Pasuruan ini tidak percaya tentang kesaktiannya. Ia sering kali melecehkan kesaktian Mbah Sayid. Sampai suatu ketika Putri Keraton yang sedang berjalan-jalan keliling kota hilang. Kusir dan kereta kuda yang dipakai oleh sang Putri juga ikut raib. Sang Raja menjadi sedih bermuram durja.

Diadakanlah sayembara: Bagi yang menemukan sang Putri, akan mendapat hadiah yang amat besar. Tapi malang, tidak ada satu orang pun yang berhasil menemukan sang Putri. Sang Putri seperti lenyap ditelan bumi. Hati Raja semakin bersedih dan putus asa.

Akhirnya, ia meminta bantuan kepada Sayid Sulaiman yang sebelumnya sering ia hina. Di hadapan Sang Raja, Mbah Sulaiman memasukkan tangannya ke dalam saku. Tak berapa lama kemudian, beliau melemparkan sesuatu dari dalam sakunya ke halaman. Luar biasa! Dengan izin Allah, sang Putri muncul bersama kereta dan kusirnya di halaman Keraton. Konon, ia dibawa lari jin ke alam gaib.

Melihat putrinya kembali, hati Raja berbunga-bunga. Ia gembira alang-kepalang dan meminta agar Sayid Sulaiman menikahi putrinya itu sebagai tanda ucapan terima kasih atas jasanya. Namun Mbah Sayid menolak. Beliau memilih kembali ke Kanigoro.

Tak lama kemudian, Sayid Sulaiman diambil menantu oleh gurunya yang notabene pamannya sendiri, Mbah Sholeh Semendi. Semula, beliau menolak, tetapi akhirnya beliau menerima permintaan gurunya itu. Beliau menikahi putri Mbah Sholeh yang kedua. Sedangkan adiknya, Mbah Abdurrahim, mempersunting putri Mbah Sholeh yang pertama, kakaknya istri Mbah Sulaiman. Mbah Abdurrahim tinggal di Segoropuro, Pasuruan, sampai meninggal dunia. Orang-orang mengenalnya dengan panggilan Mbah Arif Segoropuro. Sedangkan Mbah Abdul Karim, adik Sayid Sulaiman yang kedua, wafat di Surabaya dan dimakamkan di komplek pemakaman Sunan Ampel.

Selain beristri putri Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman juga mempunyai istri dari Malang. Dari istrinya dari Malang ini beliau mempunyai putra bernama Hazam.

Kembali ke Cirebon

Setelah hari pernikahan, Mbah Sulaiman kembali ke Cirebon, Jawa Barat, tempat di mana ia lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama ayah dan ibu tercinta. Tapi pada saat itu, suasana di Banten dan Cirebon sedang ricuh disebabkan terjadinya pertikaian antara Sultan Agung Tirtayasa dengan putranya sendiri, Sultan Haji, yang terjadi berkisar pada tahun 1681-1683. Maka sejak tahun 1681, Sultan Agung Tirtayasa aktif melakukan penyerangan terhadap putranya ini. Pemicu pertikaian yang berlangsung sampai tiga tahun ini adalah pemihakan Sultan Haji pada Belanda.

Melihat hal ini, Mbah Sulaiman memutuskan untuk kembali lagi ke Pasuruan. Beliau kembali menetap di Kanigoro, sebuah dusun di desa Gambir Kuning. Di Gambir Kuning beliau mendirikan dua buah masjid unik. Bahan bangunannya seperti kayu usuk, belandar, ring, dan lain-lain hanya diambilkan dari kayu satu pohon terbesar di hutan Kejayan. Pohon besar itu adalah pemberian dari kepala hutan Kerajaan Untung Surapati Pasuruan. Karena ukuran pohon itu sangat besar, disediakanlah 40 ekor sapi untuk menariknya ke lokasi pembangunan masjid, tapi sapi-sapi itu tidak kuat membawanya. Tapi aneh, keesokan harinya kayu-kayu itu sudah ada di lokasi pembangunan. Konon, yang mengangkat kayu itu adalah Sayid Sulaiman sendiri.

Sampai sekarang masjid ini masih tetap ada. Namun, karena lokasinya yang sempit, masjid itu dipindah agak ke selatan oleh Syekh Rafi’i, cicit Mbah Sulaiman dari cucunya, Ummi Kultsum bin Hazam bin Sulaiman, pada bulan Rabiul Awal 1243 H, hampir dua abad yang lalu. Masjid dengan gaya arsitektur kuno itu, kini telah berusia lebih dari 400 tahun. Sampai kini, bahan-bahan masjid peninggalan Mbah Sulaiman itu masih asli, kecuali lantai dan tiang bagian dalam.

Pergi ke Keraton Mataram

Kabar kekeramatan Mbah Sayid di Pasuruan terdengar kembali ke Keraton Mataram (Solo). Raja Mataram mengutus salah seorang adipatinya untuk memanggil Mbah Sayid di Pasuruan. Setibanya di Pasuruan, adipati tersebut mengajak Mbah Sayid untuk memenuhi panggilan Raja. Mbah Sayid bermaksud memenuhi panggilan ini.

Bersama tiga orang santrinya, Mbah Djailani (Tulangan Sidoarjo), Ahmad Surahim bin Untung Surapati, dan Sayid Hazam, putranya sendiri, beliau berangkat ke Solo. Di Keraton, Raja Mataram mengumpulkan pembesar-pembesar kerajaan. Ia menyiapkan jamuan besar-besaran yang betul-betul mewah. Namun ada yang terasa janggal di hati Mbah Sayid. Ada tiga keris pusaka yang diletakkan di alas cowek yang ada sambalnya ketika mereka sedang makan bersama-sama.

Mbah Sulaiman heran melihat keris di depannya itu. Beliau berbisik kepada santrinya, “Nak, kalian lupa tidak memakan sayur kacang ini. Ayo dimakan, masing-masing satu!),” perintah Mbah Sulaiman.
“Oh, iya Mbah,” jawab mereka serempak.
Tiga buah keris itupun habis dimakan seperti halnya makan sayur kacang-kacangan. Semua yang hadir terhenyak.
“Kalau muridnya saja seperti ini, apalagi gurunya,” gumam mereka kagum.

Setelah acara makan-makan selesai, Raja Mataram Solo berembuk dengan pembesar-pembesarnya untuk mengangkat Mbah Sulaiman menjadi hakim. Namun saat kesepakatan ini disampaikan pada Sayid, beliau menolak, dengan alasan akan meminta pertimbangan dan restu kepada istri dan masyarakatnya yang ada di Pasuruan. Tentu saja, mereka yang di Pasuruan tidak menyetujui. Mereka tidak mau kehilangan tokoh yang disegani ini.



             Wafatnya Sayid Sulaiman

Setiba di Pasuruan, setelah dari Solo untuk mengabarkan penolakan rakyat Pasuruan pada sang Raja, Sayid Sulaiman pamit kepada istrinya yang sedang hamil tua untuk pergi ke Ampel, Surabaya. Lalu meneruskan perjalanannya ke Jombang. Namun di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung, Jombang, beliau jatuh sakit, kemudian wafat dan dimakamkan di sana. Tidak diketahui dengan pasti tahun kewafatannya.

Istri Mbah Sulaiman yang sedang hamil tua itu terus menunggu kedatangan sang suami. Yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung datang. la memutuskan untuk mencari Mbah Sulaiman. Dari Pasuruan ke Sidoarjo, Surabaya, lalu ke Malang. Akhirnya ia melahirkan di Desa Mendit, dekat pemandian. Namun bayinya langsung meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Woksuru. Istri Mbah Sulaiman ini tetap tidak putus asa. la terus mencari Sayid ke arah selatan, menuju Desa Sawojajar, Malang bagian timur. Tapi malang tak dapat ditolak, ia meninggal dunia sesampainya di desa Grebek.

Menurut versi lain, ketika pergi ke Solo untuk memenuhi panggilan Raja, Mbah Sulaiman tidak sampai ke Solo. Beliau jatuh sakit di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung. Selama masa sakitnya, beliau dirawat oleh seorang kiai bernama Mbah Alif, sampai beliau memenuhi panggilan Tuhan. Selama berada di Mojoagung dalam rawatan Mbah Alif, Mbah Sayid Sulaiman berdoa kepada Tuhan, Kalau pertemuannya dengan Raja Solo dianggap baik dan bermanfaat, maka beliau memohon agar dipertemukan. Tetapi jika tidak, maka beliau minta lebih baik wafat di tempat itu. Akhirnya, permintaan yang kedua dikabulkan oleh Allah. Beliau tidak sampai bertemu dengan Raja Mataram, dan wafat di Mojoagung.

Adipati yang disuruh menjemput Mbah Sayid, mengirim surat kepada Raja Solo, bahwa dirinya tidak akan kembali ke Solo dan memilih menetap di Mojoagung untuk menjaga makam Mbah Sayid. Sang adipati tetap tinggal di Mojoagung hingga meninggal dunia dan dimakamkan di sana pula.

Turunkan Pewaris Perjuangannya

Hasil jerih payah Mbah Sayid dalam segala usahanya membawa berkah amat besar bagi kehidupan beragama kaum muslimin sampai sekarang. Perjuangannya mendirikan pesantren, melawan dan bergelut dengan tantangan, telah menorehkan napak tilas terciptanya apa yang kini kerap disebut dengan kentalnya moralitas agamis dan budaya pesantren. Beliau berjasa mendirikan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, juga menurunkan pewaris-pewaris perjuangannya. Para pewaris perjuangannya termasuk para ulama pemangku pesantren-pesantren besar, mulai dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo dan Pondok Pesantren Al-Muhibbin Surabaya, sampai Pondok Pesantren Syaikhuna Kholil Bangkalan.

Dari istri pertamanya di Krapyak Pekalongan, Sayid Sulaiman dikaruniai empat orang putra. Yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir (makamnya ada di Geluran,Sepanjang, Sidoarjo), dan Ali Akbar. Keturunan Sayid Sulaiman dari jalur Abdul Wahhab, banyak yang tinggal di Magelang dan Pekalongan. Sedangkan keturunan beliau dari jalur Muhammad Baqir berada di Krapyak Pekalongan. Abdul Wahhab dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan penjajah Portugis dan Belanda. Begitu pula Hasan. Sayid yang masyhur dengan sebutan “Pangeran Agung” ini juga sosok pejuang pembebasan tanah Jawa dari cengkeraman Kompeni Belanda.

Melalui jalur Sayid Ali Akbar, banyak terlahir ulama-ulama pemangku pesantren di Jawa Timur. Sebut saja, Sidogiri, Demangan Bangkalan, dan Sidoresmo Surabaya. Sampai kini, makam Sayid Ali Akbar tidak diketahui. Konon, karena kegigihannya menentang penjajah, ia selalu diburu oleh Kompeni Belanda. Suatu ketika, Belanda berhasil menangkap Ali Akbar dan akan dibuang ke Belanda dengan menggunakan kapal. Tapi di tengah pelayaran Sayid Ali Akbar hilang. Anehnya, ia muncul lagi di Sidoresmo. Untuk kedua kalinya beliau ditangkap tentara Kompeni dan dibawa ke Belanda. Tapi seperti semula, beliau menghilang di tengah pelayaran dan kembali ke Sidoresmo. Kemudian, untuk ketiga kalinya beliau ditangkap dan dibawa ke Belanda. Tidak seperti penangkapan sebelumnya, Ali Akbar tidak kembali ke Sidoresmo. Ia terus menghilang. Konon, beliau lari ke Tarim, Hadramaut, kampung para wali di mana kakeknya, Abdurrahman Basyaiban, dilahirkan.

Sayid Ali Akbar meninggalkan enam putra yang kelak menjadi penerus jejak kakeknya, Mbah Sayid Sulaiman. Mereka adalah:
1. Sayid Imam Ghazali (makamnya di Tawunan Pasuruan)
2. Sayid Ibrahim (makamnya di Kota Pasuruan)
3. Sayid Badruddin (makamnya di sebelah Tugu Pahlawan Surabaya)
4. Sayid Iskandar (makamnya di Bungkul Surabaya)
5. Sayid Abdullah (makamnya di Bangkalan Madura) dan
6. Sayid Ali Ashghar (makamnya di Sidoresmo).
(belakangan diketahui, bahwa menurut catatan nasab keluarga Sidogiri dan Bangkalan, Sayid Abdullah adalah putra Sayid Sulaiman, bukan cucu Sayid Sulaiman dari Sayid Ali Akbar).

Dari Sayid Abdullah, terlahir pewaris-pewaris perjuangan Sayid Sulaiman yang memangku pesantren seperti Sidogiri dan Demangan Bangkalan, yang masing-masing telah memiliki ribuan santri.
Sedangkan keturunan Mbah Sayid Sulaiman dari Ali Ashghar di Surabaya telah ‘menguasai’ dua desa, Sidoresmo dan Sidosermo. Sekarang, di dua desa ini terdapat sekitar 28 pondok pesantren. Semuanya diasuh oleh keturunan Sayid Sulaiman.
Sayid Ali Ashghar juga menurunkan ulama-ulama pemangku pesantren di Tambak Yosowilangon, Surabaya.

Sedangkan dari istrinya yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi, Sayid Sulaiman mempunyai beberapa putra. Di antaranya kiai Ahmad, Lebak, Winongan, Pasuruan. Dari istrinya yang ketiga di Malang, beliau mempunyai putra Sayid Hazam. Tetapi menurut riwayat lain, Hazam adalah putra Mbah Sulaiman dari istri yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi.

Pembabat Sidogiri

Konon, Mbah Sayid Sulaiman membabat Sidogiri atas titah dari Sunan Giri. Beliau harus berjuang habis-habisan untuk membabat Sidogiri. Tidak sekadar bekerja keras menebang pohon-pohon Sidogiri yang masih berwujud rimba, tapi juga harus bertarung melawan bangsa Jin, sebab Sidogiri yang saat itu masih sangat angker dan menyeramkan, menjadi sarang makhluk halus dan markas para dedemit (jin). Sayang, beliau keburu mangkat saat melakukan perjalanan ke Jombang, sebelum perjuangannya yang penuh pengorbanan ini berhasil dengan sempurna. Setelah wafatnya Sayid Sulaiman, tidak ditemukan data yang kuat mengenai pelanjut perjuangan beliau dalam mambabat Sidogiri. Jejak sejarahnya hilang dan baru tercatat sejak periode Kiai Aminullah.

Ada dua versi mengenai tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri. Dalam satu versi, Sidogiri didirikan pada tahun 1745. Dalam catatan lain Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1712. Tahun 1712 adalah tahun paling dekat dengan masa hidup Sayid Sulaiman. Sebab seperti disebutkan sebelumnya, beliau membabat Sidogiri pada usia senjanya. Belum sempurna pembabatan Sidogiri, Sayid Sulaiman keburu meninggal.

Sedang beliau hidup pada masa Untung Surapati yang meninggal tahun 1705. Sedangkan tahun 1745 diperkirakan masa hidup Kiai Aminullah. Jadi, kemungkinan besar, usia Pondok Pesantren Sidogiri 268 tahun pada tahun ini (2013) adalah terhitung sejak periode Kiai Aminullah ini.

Kiai Aminullah adalah seorang santri yang berasal dari Bawean. Menurut satu riwayat, beliau menikah dengan Nyai Masturah binti Rofi’i bin Umi Kultsum binti Hazam bin Sayid Sulaiman. Bersama Nyai Masturah, Kiai Aminullah menetap di Sidogiri.

Namun menurut riwayat yang masyhur di kalangan keluarga Sidogiri berdasarkan catatan silsilah, Kiai Aminullah menikah dengan Nyai Indah binti Sayid Sulaiman. Menurut riwayat ini, Kiai Aminullah adalah menantu langsung Sayid Sulaiman.

Kiai Aminullah sendiri adalah figur abid (ahli ibadah) yang senang berkhidmah. Bahkan, sehabis salat Tahajud, beliau istiqamah mengisi jeding masjid-masjid di sekitar Sidogiri. Hal ini terus beliau lakukan sampai empat tahun.

Selasa, 28 September 2021

SHOLAWAT RAJAH ALAM (Ijazah gratis)

~~~ IJAZAH UMUM (repost) ~~~~
SHOLAWAT RAJAH ALAM 

Assalaamu'alaikum wr.wb 
Bagaimana kah kabar sedulurku semua? semoga senantiasa diberikan kesehatan dan limpahan Rahmat Allah subhanahu wa ta'ala. 

Di hari Jum'at yang berkah ini saya hendak berbagi ilmu sholawat yang sangat luarbiasa manfaatnya. 
Di mana ketika sholawat ini dibaca, alam pun bisa dirajah, sehingga alampun terberkati dengan washilah sholawat ini. 

Ilmu Sholawat ini sebenarnya bermahar, namun saya ikhlaskan karena saya merasa, semua muslim sangatlah perlu untuk memilikinya & mengamalkannya. Setidaknya setelah menerima sholawat ini anda memberikan sedekah /infaq seikhlasnya kepada dhuafa, anak yatim atau ke masjid (pilih salah satu). 

TAWASUL :
~Ila hadhrotin nabiyyil Mushtofaa wa Maulanaa Muhammadin Shallallahu'alaihi wa sallam (al fatihah 1x) 
~Ila hadhrotin Nabiyullah Khidir Balya bin Malkan (al fatihah 1x) 
~Ilaa hadhrotin para walisongo, khushushon Raden Syahid Kanjeng Sunan Kalijogo (al fatihah 1x) 
~Ila hadhrotin Ust.Muhammad Gus Laduny bi ma'rifattihi (al fatihah 1x) 
~Man ajazani wa ajazahu Kang Muhammad Rizky (al fatihah 1x) 

Sholawat Rajah Alam :
ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALIIHII WA SHOHBIHII WA SALLIM 'ADADA KULLI HARFIN JARO BIHIL-QOLAM.

Artinya: 
Yaa Allah, sampaikanlah sholawat dan salam kepada junjungan kami (nabi) MUHAMMAD, keluarga dan para sahabat nya, sejumlah hitungan haruf yang tertulis.

Sholawat ini termaktub dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin Fi talkhish Fatawa Ba'dhil A'immati minal Ulama' Al-Muta'akhirin, karya As-Sayyid Al-Alim Al-Faqih Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar Al-Masyhur Ba'lawi.
Apakah sholawat Rajah alam itu.?. SRA adalah salah satu amalan sholawat yang berfungsi untuk merajah alam atau untuk menjaga kelestarian alam semesta, yang mana ketika ada seseorang sedang membacanya maka hakikatnya ia sedang menebar energi keberkahan keselamatan untuk semesta.
SRA ini enrginya berbentuk lingkaran  yang menyelimuti bumi, posisinya di atas atmosfer bumi.

Khasiatnya :

1). Al-Imam Al-Quthb Sayyid AbdullahBin Alwi Al-Haddad berkata:

 "Diantara yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah adalah, setelah selesai mengerjakan shalat maghrib ia mengucapkan: 

ASTAGHFIRULLOH ALLADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL-HAYYUL QOYYUUM, ALLADZII LAA YAMUUTU WA ATUUBU ILAIH, ROBBIGHFIRLII, kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat diatas 10×, maka barang siapa membaca semua itu sebelum ia mengucapkan yang lain (sebelum berbicara dengan manusia), niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman".

2). Orang yg memiliki  ilmu SRA ini maka dirinya akan senatiasa- mendapat perlindungan dari alam' atas idzin Allah swt' sebab alam telah di rajah dengan sholawatnya, apabila ada yang hendak membunuh dari belakang atau depan, bisa saja bumi menjebloskan musuhnya. 

3). Berfungsi sebagai penahan bencana alam (paku alam). Jadi bilamana negeri kita atau daerah anda ditakutkan terjadi bencana yang diakibatkan banyak terjadi kemaksiatan dan kedzholiman, maka bacalah sholawat ini. Bacalah sekurang-kurangnya 500x per hari. Dengan kata lain dengan washilah sholawat ini mampu menahan murka Allah. Subhanallah. Wallaahu-a'lam 

4). Mendapat kekuatan dari 4 unsur alam yaitu; kekuatan air, angin, bumi dan api, sebab 4 usur tersebut adalah isi alam. Bisa dirasakan energinya ketika wirid. 

5). Akan menjadi orang yg ahli dalam bidang pengobatan, sebab  semua jenis obat ada di dalam yang telah di rajahnya, (di taklukannya) dimana saja ia berada, ia akan menjadi panutan masyarakat, sebab masarakat adalah bagian dari alam yang telah dirajahnya, (di taklukkan). 

 6). Penunduk/Penakluk Jin dan siluman. Caranya bacalah sebanyaknya, bila anda bertemu jin negatif sekaliapun bacalah SRA ini di hadapan jin tersebut hingga terjadi respon dari jin tersebut, maka dia akan tunduk. 

7). Rezeki akan mendatanginya sebab rejeki adalah bagian dari alam yang telah dirajah oleh sholawat ini, (intinya semua yang ada di dalam lingkaran rajah sholawat nya makan akan membantu kita)

8). Agar do'anya MUSTAJAB, maka perbanyaklah membaca sholawat ini sebanyak 500x setiap harinya, 

9). Agar dagangannyan laris dan banyak untung, maka bacalah sholawat di atas 11x  sebelum membuka toko / dagangannya.

10).Untuk keberkahan hidup. Bacalah sholawat ini 313 x,
setiap malam jumat, senin, dan malam kelahiran. 

11). Untuk menghadirkan khodam keilmuan yang anda miliki. Caranya bacalah Sholawat ini setelah tawasul keilmuan tersebut sebanyak 500x. Lakukan secara rutin tiap mengamalkan keilmuan anda. 

12).Untuk ziarah kubur dibacakan 500x diniatkan pahalanya untuk ahli kubur tsb, Insya Allah diampuni dosa-dosanya oleh Allah. 

13). Untuk segala hajat besar bacalah sholawat rajah alam 1000x setelah sholat hajat, setelah itu memohon kepada Allah atas hajatnya. Lakukanlah selama 40 hari. 

Demikianlah sedulur, semoga dengan sering mendawamkan sholawat rajah alam ini,  anda benar-benar telah menjadi Rahmatan lil alamin. Karena inilah yang menjadi makna sebenarnya sholawat ini. 
Ucapkan "QOBILTU". 
wassalamu alaikum wr wb 🙏🏻

Minggu, 19 September 2021

DO'A RIHUL AHMAR

PENYAKIT ANGIN DUDUK

Pada suatu ketika dimana "Nabi Allah Sulaiman a.s" duduk di Singgasana,
maka datang 'satu Angin' yang cukup besar, maka bertanya "Nabi Allah Sulaiman" : "Siapakah engkau. . . ??

Maka dijawab oleh Angin tersebut : "Akulah 'Angin Rihul Ahmar' dan Aku bila memasuki Rongga Anak Adam, maka Lumpuh, keluar Darah dari Rongga Hidung dan apabila aku memasuki Otak Anak Adam, maka menjadi Gilalah Anak Adam. . ."
Maka diperintahkan oleh "Nabi Sulaiman a.s", supaya membakar Angin tersebut, maka berkatalah, 'Rihul Ahmar' kepada "Nabi Sulaiman a.s" bahwa :
"Aku Kekal sampai hari Kiamat tiba, tiada Sesiapa yang dapat membinasakan Aku melainkan Allah SW T."
 
Lalu 'Rihul Ahmar' pun menghilang.

Diriwayatkan bahwa : Cucu "Nabi Muhammad SAW", terkena *'Rihul Ahmar'*sehingga keluar Darah dari Rongga Hidungnya. 

Maka datang Malaikat Jibril kepada "Nabi SAW" dan bertanyalah "Nabi" kepada Jibril. 

Maka menghilang sebentar, lalu Malaikat Jibril kembali mengajari akan 'Do'a Rihul Ahmar' kepada "Nabi SAW", kemudian
dibaca 'Do'a' tersebut kepada Cucunya dan dengan sekejap Cucu Rasulullah sembuh dengan serta merta. 

Lalu "Nabi SAW" bersabda : 
"Bahwa barangsiapa membaca 'Do'a Stroke / Do'a Rihul Ahmar', walaupun sekali dalam seumur hidupnya, maka akan dijauhkan dari Penyakit 'ANGIN AHMAR atau STROKE'."

Do'a agar dijauhkan/terhindar dari 'Angin Ahmar dan Penyakit Kronis', sbb. :

اللهم إني أعوذبك من الريح الأحمر والدم الأسود والداء الأكبر

"Allohumma innii a'uudzubika minar riihil ahmar, wad damil aswad, wad daail Akbar."

Artinya :

"Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari Angin Merah dan dari Darah Hitam (stroke) dan dari Penyakit Berat."

'Riihul Ahmar' biasa masuk pada saat seseorang Tidur Bakda Ashar hingga waktu Isya'.

Maka hindarilah tidur diwaktu itu Sekantuk / Secapek apapun. . . silahkan dirasakan sendiri perbedaan tidur tengah hari (siang), Bakda Ashar & malam hari pada saat bangun dari tidur waktu² tsb.
 
Teruskanlah ke Group Keluarga, Sahabat kita yang kita sayang, agar kita semua  terhindar dari 'STROKE'. 
 Insya' Allah. . 

Semoga kita senantiasa dalam Balutan Sehat Wal A'fiat. . . !!!

Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.

Selasa, 14 September 2021

TASBIH SAYYIDINA JIBRIL A.S (ijazah gratis)

TASBIH SAYYIDINA JIBRIL A.S. 

Telah terdapat suatu riwayat mengenai adanya satu zikir Tasbih yang mustajab untuk siapa yang ingin melihat tempatnya disurga dalam mimpinya, jika dia adalah memang salah satu dari ahlinya. Dia adalah Zikir Tasbihnya Sayyidina Jibril A.S. Yang meriwayatkannya adalah As-Sayyid Al-Ajal Ali bin Thawus R.a, dan beliau mendapatkannya dari Abi Zahariah R.a. Dia menceritakan tentang apa yang dialaminya. Dia berkata ,” Pada suatu malam kami pernah melaksanakan sholat isya’ di masjid Baitul Maqdis, setelah itu kami duduk-duduk dengan bersandar kesebuah tiang dimasjid itu. Kemudian khadim pengurus masjid itu mulai menutup pintu-pintu dan jendela masjid dan menguncinya. Kami dibiarkannya saja, tidak diusirnya sebagaimana kebiasaan yang dilakukannya saat mengunci masjid. Maka masjid harus dikosongkan terlebih dahulu agar tidak ada yang terkurung disitu.

Akhirnya kami pun tertidur disitu. Dan kami terbangun oleh suatu suara asing. Yang akhirnya kami ketahui berasal dari suara sayap-sayapnya para malaikat yang telah memenuhi masjid itu. Diantara mereka ada yang sangat dekat dengan kami. Dilihatnya bahwa kami jadi terbangun. Maka dia berkata kepada kami,” Apakah engkau manusia?” kami jawab ,” Betul.” Kemudian kami beritahu alasan-alasan kenapa kami sampai berada dan tertidur disitu. Malaikat itu berkata lagi, “ Untukmu hal itu tidaklah menjadi suatu kesalahan bagimu.”

Kemudian kami mendengar malaikat yang berada disebelah kanan kami mengucapkan tasbih (seperti diatas). Setelah itu yang disebelah kiri kami juga mengucapkan ucapan yang sama. Maka kami memberanikan diri dan bertanya kepada malaikat yang berada didekat kami itu.” Demi Yang memberi kalian kekuatan beribadah , siapakah yang mengucapkan tasbih yang berada disebelah kanan kami ?” Malaikat itu berkata,” Dia adalah Jibril.” Kemudian kami bertanya lagi siapa pula yang berada disebelah kiri kami. Dijawabnya,” Dia adalah Mikail.”

Maka kami bertanya lagi padanya,” Demi yang memberi kalian kekuatan beribadah, apakah yang akan diperoleh bagi seseorang yang mengucapkan seperti yang kalian ucapkan itu ?”

Maka malaikat itu menjawab ,” Barangsiapa mengucapkan seperti apa yang telah kami ucapkan itu setiap hari satu kali dan itu dilakukannya selama satu tahun, maka dia tidak akan mati sehingga dia melihat terlebih dahulu tempat yang telah disediakan untuknya di surga.”

Ini Tasbih yang dimaksud:

 بسم الله الر حمن الرحيم
سبحان الدائم القائم
سبحان الواحد الاحد
سبحان الفرد الصمد
سبحان الحي القيوم
سبحان الحي الذي لا يموت
سبحان الله وبحمده
سبحان الملك القدوس
سبحان رب الملا ئكة والروح
سبحان العلي الاعلى
سبحانه وتعالى
 
Subhaanad-daa-imil Qoo-im, 
Subhaanal waahidil ahad, 
Subhaanal fardhish-shomad, 
Subhaanal Hayyil Qoyyuum, 
Subhaanal Hayyil ladzii laa yamuutu, 
Subhaanallahi wa bihamdihi, 
Subhaanal Malikil Quddus, 
Subhaana Robbil Malaa-ikati war-ruuh, 
Subhaanal ‘Aliyyil a’laa, 
Subhaanahu wa ta’alaa. 
 
Artinya: 
Maha Suci Engkau Yang Maha Melanggengkan/Mengabadikan yang Berdiri Sendiri, 
Maha Suci Engkau Yang Maha Esa, 
Maha Suci Engkau Yang Tunggal yang menjadi tempat memohon, 
Maha Suci Engkau Yang Hidup dan Berdiri Sendiri, 
Maha Suci Engkau Yang Hidup dan Tidak akan Pernah Mati, 
Maha Suci Engkau Ya Allah dan Segala Puji Bagi-Mu, 
Maha Suci Engkau Yang Merajai dan Yang Maha Suci, 
Maha Suci Engkau yang menjadi Tuhannya para Malikat dan Ruh, 
Maha Suci Sang Maha Tinggi yang Luhur, 
Maha Suci Dia Yang Maha Luhur dan Agung. 

Syaikh Abi Zahariah melanjutkan ceritanya,” Ketika pagi harinya timbullah satu pikiran dibenak kami, mungkin saja umur kami yang tertinggal sudah tidak mencukupi masa satu tahun. Mengingat hal itu maka kami ambil satu keputusan untuk tetap saja duduk disitu dan membacanya sebanyak 360 x yaitu sebanyak bilangan hari-hari dalam setahun. Setelah dia dapat kami selesaikan, malam berikutnya diperlihatkan Allah Ta’Ala kepada kami tempat kami disurga. Benarlah apa yang telah dikatakan oleh malaikat tersebut.

Begitu pula Syaikh Al-Juaini R.A, beliau mengatakan ,” Pada saat kami pergi untuk menunaikan ibadah Haji, kami

bertemu dengan Ar-Rabii dan kami ceritakan tentang riwayat itu padanya. Kemudian pada musim haji tahun berikutnya kami berjumpa lagi. Dan dia berkata pada kami,” Saya sangat berterima kasih kepadamu atas riwayat yang telah engkau ceritakan kepada saya, dan semoga Allah membalasnya untukmu dengan segala kebaikan. Saya telah mengucapkan apa yang engkau suruhkan kepada saya itu dan telah saya lihat tempat untuk saya disurga.”
Dan banyak lagi dari para As-Sholihin yang mendengar riwayat tersebut, mereka telah mencoba dan mendapatkan hasilnya seperti yang dikatakan Syaikh Abi Zaharia R.A. 

Dalam kitab Tarikh Dimasyqo Ibnu Asakir disebutkan : 

عَنْ أَبَانٍ ، عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ مَرَّةً : سُبْحَانَ الْقَائِمِ الدَّائِمِ , سُبْحَانَ الْحَيِّ الْقَيُّومِ ، سُبْحَانَ الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ ، سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَلِيِّ الأَعْلَى ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ، لَمْ يَمُتْ حتى يَرَى مَكَانَهُ مِنَ الْجَنَّةِ أَوْ يُرَى لَهُ  ، انْتَهَى 

Dari Aban, dari Anas berkata, Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : Barangsiapa setiap hari membaca sekali kalimat : 

SUBHAANAL QOO-IMID DAA-IM, SUBHAANAL HAYYIL QOYYUUM, SUBHAANAL HAYYIL LADzII LAA YAMUUT, SUBHAANALLAAHIL ‘AZhIIMI WA BIHAMDIH, SUBBUHUN QUDDUSUN ROBBUL MALAA-IKATI WAR RUUH, SUBHAANA ROBBIYAL ‘ALIYYIL A’LAA, SUBHAANAHU WA TA’AALAA, 

maka tidak akan meninggal hingga melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan kepadanya.

Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya. 

Pemberi ijazah : 
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Senin, 30 Agustus 2021

HAKIKAT NUR MUHAMMAD

PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD DARI KITAB AJAIBUL MALAKUT


Pernahkah kita mendengar tentang ‘nur Muhammad’, apa itu hakekat nur Muhammad. Pada kesempatan ini kita akan berusaha memahami tentang nur Muhammad. Semoga Allah berkenan membukakan pemahaman kita semua amiin.


Keterangan ini disimpulkan dari kitab ” ‘Ajaibul Malakut ” ( Keajaiban2 kerajaan Allah SWT ) yang disusun oleh Syeikh Al ‘Alim Abdullah Bin Muhammad Bin ‘Abbas Az Zahid , 

Dalam Bab Al-Maa'u Al-Awwalu Alladzy minhu kulla sya-in ( Dari Airlah segala sesuatu tercipta ) pada halaman 11, Mudah mudahan semua yang membaca mendapatkan manfa’at serta Syafa’at dari baginda nabi Muhammad SAW amin Ya rabbal ‘Alamin.

Hadist ini diriwayatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, telah bersabda Rasulullah SAW , ” Tidak ada sesuatupun yang menyertai Allah SWT, Maka Allah SWT menciptakan Nur kekasihnya Muhammad SAW sebelum Allah menciptakan Air, ‘Arsy, Kursy, Langit, Bumi, Qolam, Lauhil Mahfudz, Surga, Neraka,Malaikat, Nabi Adam, Hawa, dengan jarak 24,400 tahun , Maka tatkala Allah SWT menciptakan Nur nabi kita Muhammad SAW, Nur tersebut menetap duduk dihadapan Allah SWT selama 1000 tahun dengan tiada henti bertasbih dan bertahmid, Setelah 1000 tahun Allah berfirman kepada Nur Muhammad SAW,

” Wahai hambaku engkaulah yang diinginkan, dan engkaulah terbaiknya ciptaanku dan engkau merupakan keagunganku dan kemulianku, Seandainya bukan karena engkau tak akan kuciptakan Alam Semesta, Barang siapa yang mencintaimu maka aku akan mencintainya dan barang siapa yang membencimu maka aku akan membencinya “,

Tatkala Nur Muhammad mendengar Firman Allah tsb,Maka semakin bersinar cahayanya ( Nur Fauqo Nur ) dan memancarlah cahaya dari Nur Muhammad SAW tsb, Maka Allah SWT menciptakan dari pancaran Nur Muhammad SAW tersebut 12 Hijab ( Benteng/tembok dinding )

  1. Hijab Qudrat
    2. Hijab ‘Adzamat
    3. Hijab ‘Izzat
    4. Hijab Haybat
    5. Hijab Jabarut
    6. Hijab Rahmat
    7. Hijab Nubuwwat
    8. Hijab Kibriya
    9. Hijab Manzilat
    10. Hijab Rif’at
    11. Hijab Sa’adat
    12. Hijab Syafa’at

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nur muhammad untuk masuk pada Hijab Qudrat , Maka masuklah Nur Muhammad pada hizab Qudrat seraya membaca : Subhanal ‘Aliyyil ‘Ala selama 12000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab ‘Adzhomat seraya membaca : ” Subhana ‘Alimi Sirri Wa Akhfa” selama 10000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hijab ‘Izzat seraya membaca : ” Subhanal Malikil Mannan ” selama 10000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab Haybat seraya membaca : ” Subhana Man huwa Ghaniyyun la yaftaqiru ” selama 9000 tahun.

Kemudian masuk pada Hizab Jabarut seraya membaca : ” Subhanal Karimil Akram “, selama 8000 tahun, 

kemudian masuk pada Hizab Kibriya seraya membaca : ” Subhanal ‘Adzimil ‘Adzam ” selama 5000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab Manzilat seraya membaca : ” Subhanal ‘Alimil Karimi selama 4000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab Rif’at seraya membaca : ” Subhana Dzil Mulki wal malakuti ” selama 3000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab Sa’adat seraya membaca : ” Subhana Man Yazilul Asya wa la yazulu” selama 2000 tahun, 

Kemudian masuk pada Hizab Syafa’at seraya membaca : ” Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘Adzimi ” selama 1000 tahun.

Kemudian Allah menciptakan dari Nur Muhammad SAW 20 laut dari cahaya yang berisi Ilmu-ilmu pada tiap lautnya, yang tidak diketahui ilmu2 tsb kecuali Allah SWT, Kemudian Allah berfirman pada Nur Muhammad SAW :
” Turunlah engkau ke Bahrul “izzi ( Laut keagungan ), kemudian turun ke Bahru Shabri ( Laut sabar ), kemudian turun ke Bahrul Khusyu’ ( laut khusu’ ), kemudian Bahru Tawaddu’ ( Laut tawaddu’ ), Kemudian Laut Ridah, Laut wafa’, Laut Ilmu, Laut Tuqo, Laut Khosyah, Laut Amal, Laut Inabah, Laut Mazid, Laut Huda, Laut Shiyanah, Laut haya’, hingga semua 20 laut diselami oleh Nur Muhammad SAW, Tatkala Nur Muhammad keluar dari lautan yang terakhir, Allah SWT berfirman

” Wahai kekasihku wahai pimpinan Rasul-Rasulku, Wahai pertama ciptaan ciptaanku, Wahai penutup Rasul Rasulku,Engkau adalah pemberi Syafa’at dihari Mashar “,

Maka bergetar seraya bersujud Nur Muhammad mendengar Firman Allah SWT tersebut, Kemudian bangun dari sujudnya dan meneteslah nur muhammad dan didalam riwayat tetesan tersebut berjumlah 124000 tetes, Maka Allah Swt menciptakan Nur para Nabi Nabi dari tiap tetes Nur nya Muhammad, Setelah sempurna Nur Nur para Anbiya, Maka bertowaf lah ( mengelilingi ) Nur Nur Anbiya tersebut pada Nur Muhammad SAW seraya membaca tasbih, tahmid dan membaca :

” Subhana Manhuwa ‘Alimun la yajhalu, Subhana Man huwa Halimun La ya’jalu, Subhana man huwa Ghoniyyun la yaftaqiru “. Kemudian Allah SWT berfirman kepada mereka para Anwar Anbiya : ” Tahukah kalian semua siapa Aku ? “, Maka pertama yang menjawab adalah Nur Muhammad SAW : “Anta Allahu Aldzi la ilaha illa anta wahdaka la syarika laka Rabbul Arbabi wa malikul muluki ” ( Engkau Allah yang tiada tuhan kecuali Engkau, maha tunggal tiada yang meyekutui mu engkaula Rabbul Arbab dan maha raja dari para raja ).

Kemudian Allah berfirman, “Engkau kesucianku, Engkau kekasihku, Engkau terbaik ciptaanku, Ummatmu adalah sebaik baiknya Ummat ” , Kemudian Allah SWT menciptakan dari Nur Muhammad tersebut sebuah Permata yang terbagi dua bagian, Bagian pertama dianugrahi oleh Allah Swt dengan Anugrah Haybah, Maka dari bagian permata tersebut Allah menciptakan Air yang tawar, Kemudian bagian permata yang lain, di anugrahi oleh Allah SWT dengan Anugrah Syafaqoh maka dari bagian permata tersebut Allah menciptakani Alam Arsy, yang kemudian Arsy tsb berdiri di atas Air.

Dari Nur Arsy Allah menciptakan Alam Kursy, Dan dari nur Kursy Allah menciptakan Lauhil Mahfudz, Kemudian dari Nur Lauhil Mahfudz Allah menciptakan Qolam, Kemudian Allh berfirman pada qalam, : ” Tulislah hai Qalam Tauhidku “, maka Qolam berdiri di lauhil mahfudz selama 1000 tahun karena mabuk mendengar Firman Allah tersebut, Setelah 1000 tahun Allah kemudian berfirman : ” Tulislah “, Qolam menjawab : ” Apa yang harus saya tulis wahai tuhanku “, Allah berfirman : ” Tulislah Laa ilaha illalahu Muhammadurrasulullah Saw “,

Maka tatkala Qolam mendengar nama Muhammad SAW bergetarlah qolam sambil bersujud seraya membaca : ” Subhanal Wahidil Qohhar, Subhanal ‘Adzimil ‘Adzam ”
Kemudian mengangkat kepalanya dari sujud dan menulis di lauhil mahfudz ” Lailaha illallahu Muhammadur rasulullah ” , Kemudian bertanya kepada Allah swt, Wahai tuhanku siapakah Muhammad yang menghubungkan/mengikat namanya dengan namamu ?, Allah SWT berfirman : ” Hai Qalam janganlah engkau mengambil hukum sendiri, Sesungguhnya seandainya tidak ada Muhammad tak akan kuciptakan engkau qolam dan aku tidak akan menciptakan ciptaanku melainkan karena adanya Muhammad , Dia adalah seorang Manusia pembawa peringatan dan pelita yang menerangidan pemberi Syafa’at, Maka tatkala mendengar itu semua terpecahlah Qalam dari manisnya mengingat/menyebut Muhammad SAW kemudian Qalam berkata ” Assalamu Alaika ya Rasulullah ” , kemudian Allah membalas salamnya Qalam ” Wa Alaikas salam minni warohmatullahi wabarakatuh ” karena inilah di sunnahkan membaca salam dan diwajibkan membalas salam, Kemudian allah memerintahkan agar Qalam menulis Qadha, Qodar nya Allah swt, serta apa yang diciptakannya sampai hari kiamat. 

Wallahu a'lam bi showab 

Selasa, 24 Agustus 2021

SYARIFAH NUR MAYA , SEORANG WALIYAH

"Waliyullah Wanita Yang Masih Muda Belia.
Syarifah Nur Maya Binti Al Habib Abdurrahman Bin Husin Bin Abdullah Al Fachir Asseggaf"
Beliau seorang salah satu wali Madzdub yaitu kelakuannya menyalahi adat manusia biasa dan beliau ini masih perawan..

Sesudah beliau wafat tapi beliau masih ziarah ke makam Habib Abdul Qadir Bin Ahmad Assegaf di Jeddah dan ziarah itu pada malam hari sampai penjaga makam terkejut karena makam beliau itu terkunci teralis nah pada saat itu terbuka langsung teralis itu.

Setelah selesai ziarah penjaga makam itu bertanya siapa nte..?/dijawab oleh Ipach bahwa namanya Syarifah Nur Maya Binti Habib Abdurrahman Al Fachier Assegaf dan kalau mau ketemu silahkan datang ke daerah (desa) Padang Panjang disitulah makamku.. kata beliau.. dan langsung penjaga makam itu menelpon Habib Ali Bin Abdullah Alaydrus - Martapura bertanya apakah ada nama tersebut sudah meninggal dan makamnya di daerah Padang Panjang..? di jawab oleh Habib Ali Alaydrus benar. Maka pada haulan Abah Guru Sekumpul kemarin menyempatkan penjaga makam tadi ke Indonesia buat ke Sekumpul sekaligus ziarah ke makam Ipach itu dan bertemu dengan Abah Beliau.

Dulu waktu beliau mau umrah.. lalu disetorkan uang itu ke pihak yang bersangkutan lalu berangkatlah Ipach ke Mekkah dan setelah sampai di Mekkah. Abah beliau gak sengaja membuka lemari Ipach dan melihat uang yang dulu di setorkan itu masih ada dilemari jadi langsung beliau nelpon Ipach dan bertanya apakah Ipach benar-benar ke Mekkah???

Kata Ipach benar-benar ke Mekkah dan dikasih bukti foto di muka gerbang Makam Baginda Rasulullah SAW, dan berfoto di belakang unta.

Ada juga cerita pada suatu malam seorang Habib Ziarah bersama rombongan ke makam beliau pada malam hari nah setelah itu para Habib itu mengadakan pembacaan Maulid SimthudDurar setelah di pertengahan acara maulid itu lampu padam tetapi di dalam makam Ipach timbul keluar cahaya terang dan beliau menyairkan syair Ya Hannan Ya Manan kalau gak salah dan foto yang cahaya di dalam kubur itu masih ada tersimpan di hp keluarga beliau.

Alamat Makam terletak di: Jl. PM. Noor Kusambi Padang Panjang, Desa Mandiangin, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar - Kalimantan Selatan.

Rabu, 18 Agustus 2021

SYEIKH ABU MADYAN AL MAGHRIBI MAHAGURU PARA WALI QUTHUB

SYEIKH ABU MADYAN AL MAGHRIBI MAHAGURU PARA WALI QUTHB

Nama lengkapnya ialah Syeikh Abu Madyan ibnu al Hussein al Anshory al Andalusy. juga dikenal sebagai Abu Madyan Shu'ayb Al-Ghawth, atau Abū Madyan, atau di Barat lebih dikenal Sidi Bou-Mediene, atau Sidi Abu Madyan Shuayb ibn al-Hussein al-Ansari, adalah seorang mistikus Andalusia paling berpengaruh di Barat dan guru sufi ternama di Andalusia (spanyol).

Pada masa hidupnya dia dikenal sebagai "Pilar dari Barat" (Maghribi), yang menjadi pasangan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ra. sebagai "Pilar dari Timur" (Baghdad).

Abu Madyan lahir pada tahun 1126 Masehi di Cantillana ( bahasa Arab: قطنيانة‎ ) Spanyol, sebuah kota kecil sekitar 35 km dari Sevilla. Dia berasal dari keluarga yang tidak dikenal dan kurang mampu. Ketika beranjak dewasa ia sempat terjun ke dunia perdagangan kain tenun, sebuah pekerjaan yang umum pada masa itu. Namun dahaganya akan ilmu menuntunnya untuk mempelajari Al Qur'an dan mistisisme.

Tidak lama berselang, sekitar akhir era Almoravid atau pada awal berdirinya negara Almohad, Abu Madyan pergi ke Fes untuk memperdalam agama. Di Fes ia belajar di bawah bimbingan Abu Ya'azza al-Hazmiri, 'Ali Hirzihim, dan Syeikh Abdullah al-Daqqoq, dan mulai akrab dengan karya-karya Al-Ghazali. terutama dari 'Ali Hirzihim. Adalah Syeikh Abdullah al-Daqqoq yang memberinya khirka (jubah sufi).
 Barangkali bagi kita yang menetap di kawasan Asia Tenggara tak banyak mengenal wali besar dari kawasan Barat seperti Syeikh Abu Madyan al Maghribi r.a., kerana pengaruh Syekh Abdul Qadir Jailani ra. yang hidup sezaman dengannya lebih dominan di sini. Sesungguhnya Syeikh Abu Madyan ra. adalah salah satu Guru Besar dan tokoh penting dalam sejarah dunia Tasawuf yang membentuk lansekap ruhani di kawasan Maghribi.

Syeikh Abu Madyan al Maghribi, yang diyakini menempati peringkat Qutb al-Awliya al-Ghauts al-Adhim, juga diakui sebagai Syaikh al-Masyayikh atau Syeikhusy Syuyukh yaitu Maha guru nya para Guru. 
Beliau hidup sezaman dengan Wali agung lainnya, seperti Syekh Ibnu ‘Arobi r.a. dan bahkan Ibn Arabi berguru kepadanya secara spiritual, kerana keduanya tidak pernah bertemu secara fisik – tetapi Syekh Ibn ‘Arabi sempat menziarahi makamnya di Tlemcen. Juga sezaman dengan Syeikh Ahmad ar Rifa'i r.a.

Syekh Abu Madyan r.a. ini juga mempunyai murid lain yang kelak juga menjadi Qutub, yaitu Syekh Abdissalam Ibn Masyisy r.a yg merupakan guru dari Syekh Abu Hasan Syadziliy r.a, pendiri tarekat Syadiziliyyah. 

Syeikh Abu Madyan r.a boleh dikatakan telah membentuk kecenderungan utama aliran Tasawuf di kawasan Maghribi.
Syekh Abu Madyan pertama kali dibai'at ke jalan Sufi oleh Syekh Abdullah al-Daqaq, seorang sufi eksentrik yang sering berkeliaran di jalan-jalan dan berteriak mengaku-aku dirinya Wali Allah, dan oleh Syekh Abu Hasan al-Salawi, seorang sufi misterius. Kepada Syekh al-Daqqaq, seorang Wali Allah yang aneh dan luar biasa, Abu Madyan mendalami kandungan kitab Tasawuf penting, ar-Risalah karya ABU AL-QASIM AL-QUSYAIRI. 

Syekh Abu Madyan juga berteman dan berguru kepada Syekh Ahmad ar Rifa'i, seorang Wali Qutub pendiri Tarekat Rifa’iyyah di Irak. Meski disebut-sebut ketenaran dan signifikansinya sejajar dengan Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Abu Madyan mengakui dan tunduk pada ucapan syatahat Syekh Abdul Qadir Jailani, “Kakiku berada di atas bahu Awliya Allah” dan salah satu riwayat mengatakan beliau menerima ijazah ruhaniah dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Melalui jalur Abu Madyan inilah di kawasan maghribi muncul sufi-sufi besar yg menjadi poros2 utama kewalian di kawasan maghribi dan sekitarnya. 

KAROMAH SYEIKH ABU MADYAN IKUT PERANG SALIB

Beliau adalah salah seorang tokoh tasawuf dan wali Allah yang bergelar Quthubul Ghautsil fardil Jaamii`i yang namanya sangat terkenal di dunia Islam. Beliau wafat pada tahun ( 594 Hijriyah/ 1198 M ), dan dimakamkan di Rabitatul ‘ibad, di kota Talmasan, Aljazair.

Mengenal karomah beliau, salah satunya adalah sebagai berikut pada suatu ketika, terjadilah peperangan antara kaum Muslimin dan tentara salib di daerah Maroko.
Dalam peperangan tersebut barisan kaum Muslimin terdesak, sehingga terpaksa sebagian dari mereka melarikan diri. Saat itu Syekh Abu Madyan yang tidak ikut berperang pergi ketengah padang pasir, di iringi oleh santri – santrinya sambil menghunus pedang, kemudian duduk dionggokan pasir, seolah – olah menunggu sesuatu yang akan datang.
Benarlah, tiba – tiba datanglah segerombolan babi. Melihat hewan – hewan itu berdatangan, dengan tangkas Syekh Abu Madyan maju dan menebaskan pedangnya kesana kemari, sehingga banyak babi yang terbunuh.

Ketika salah seorang muridnya menanyakan kenapa dia membunuh babi – babi itu, sang wali menjawab ; “ Segerombolan babi itu tak lain adalah barisan tentara salib yang dikalahkan oleh Allah.
Apa yang dikatakan syekh itu dicatat tanggal kejadiannya oleh seorang muridnya. Tidak berapa lama, setelah kejadian tersebut, pasukan Islam yang mendapatkan kemenangan datang kepada syekh abu madyan sambil mencium kaki dan tangannya.
Kata salah seorang diantara mereka, “ kalau Syekh Abu Madyan tidak hadir di medan perang, pasti barisan kaum Muslimin kalah. Anehnya, setelah peperangan selesai, kami tidak melihat keberadaan Syekh,”

Kejadian lain misalnya, pada suatu hari syekh pergi ke bukit Al-Khawakib untuk minum susu dari seekor kijang yang setiap hari mendatangi beliau di tempat yang sama  yang mengherankan hari itu sang kijang senantiasa menghindar. Berkali – kali Syekh berusaha mendekati kijang tersebut untuk mengambil susunya, namun selalu gagal.

Akhirnya dia mengingat – ingat, dosa apakah gerangan yang telah diperbuatnya sehingga kijang itu tak mau mendekat. Tidak berapa lama dia mengingat bahwa di kantongnya masih ada uang diham yang belum disedekahkan.
Maka dengan segera syekh melemparkan uang itu ke tanah. Dengan izin Allah, sang kijang kembali menjadi jinak sehingga air susunya dapat diperah dengan mudah.

Al fatihah untuk beliau 🤲
Demikianlah, wallohu 'alam bishowab 


Minggu, 01 Agustus 2021

WASIAT MBAH YAI DAAN

WASIAT MBAH YAI DAAN
Al 'Alim Al 'Allamah Mbah Kiyai Daan, Pesan beliau saat di jenguk para habaib tegal :

"Hati-hati semua bumi mau ambruk, dekati para habaib dan ulama, racun disebar,
rumah yang baca rathib, maulid akan selamat,
rumah yang ada foto ulama, habaib dan waliyullah akan selamat."

Itulah kata-kata terakhir beliau.

Kagem Beliau LahuAlFaatihah...

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،  الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ، اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. أمين

Jumat, 30 Juli 2021

3 HAL JIKA INGIN ILMU CEPAT TAJRIB

3 HAL JIKA INGIN ILMU CEPAT TAJRIB 
• Mengurangi Makan 
• Mengurangi tidur
• Mengurangi bicara

Senin, 26 Juli 2021

BAYI-BAYI SUCI YANG MENINGGAL DUNIA

Penjelasan RASULULLAH Tentang Bayi dan Anak Kecil Yang Meninggal dunia 

– Arwah bayi dan anak kecil sering kali ditanya bagaimana kedudukan anak² kecil yang meninggal dunia, Rasulullah ﷺ menggambarkan mereka dalam 2 kelompok:-
.
(1) Bagi arwah anak² orang yang tidak beriman, mereka akan menjadi pelayan² di dalam syurga dan hidup bebas didalamnya tanpa mempedulikan ibu & bapak mereka.

(2) Kelompok anak² orang yang soleh, termasuk yang keguguran, akan ditempatkan didalam syurga Allah di gunung yang indah.
.
Di gunung itu terdapat pokok² thuba dan anak² ini dijaga oleh Nabi Ibrahim AS dan Sarah AS. Mereka senantiasa berada dalam kekenyangan dan tidak pernah berasa haus, malah senantiasa berdoa kepada Allah agar dapat berpimpinan tangan dengan kedua ibu bapak karena tidak berkesempatan melakukannya di dunia dahulu.
.
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya:

“Di syurga terdapat sepohon pokok yaitu pohon thuba yang semuanya dapat menikmati susunya termasuklah bayi² yang meninggal dunia yang masih menyusu dan pengasuh mereka ialah Nabi Ibrahim Khalilullah.
.
Bagi anak² kecil yang tidak lagi menyusu, akan ditempatkan didalam perut burung² berwarna hijau dan berterbangan didalam syurga.”
.
Apabila tibanya waktu semua orang mula ditempatkan didalam syurga & neraka, anak² kecil tadi belum masuk ke syurga & apabila diminta oleh malaikat untuk berbuat demikian, mereka menjawab :
.
“Kami tidak akan masuk selagi tidak bertemu dengan arwah ibu & bapak kami, kami ingin masuk ke syurga bersama mereka.”

Apabila malaikat memberitahu anak² itu bahwa ibu bapak mereka berada di neraka, mereka terus menangis :

“Jika di dunia kami tidak sempat bersama² ibu & bapak kami, kenapa di akhirat juga kami tidak boleh bersama mereka? Izinkan kami memberi syafaat kepada ibu dan ayah kami, untuk kami masuk ke dalam syurga Allah.”
.
Mereka berterusan menangis sehingga turunnya rahmat Allah, dan kemudian memerintahkan malaikat supaya mengambil ibu bapak kepada anak² ini yang sedang berada didalam neraka, dengan syafaat yang diberikan oleh-Nya, lalu dibawa masuk ibu bapak bersama-sama anak² mereka ke dalam syurga.
.

MEMULIAKAN DAN MENCINTAI ORANG ALIM

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw, bersabda :

من اكرم عالما فقد اكرم سبعين نبيا ومن اكرم متعلما فقد اكرم سبعين شهيدا ومن أحب العالم لا تكتب عليه خطيئته ايام حياته 

Barang siapa yang memuliakan orang alim, maka sesungguhnya dia telah memuliakan 70 nabi, Dan barang siapa yang memuliakan orang yang belajar، maka sesungguhnya dia telah memuliakan 70 orang yang mati syahid, Dan barang siapa yang mencintai orang alim, maka tidak di catat untuknya kesalahannya sepanjang hidupnya.
(درة الناصحين)

Semoga kita orang-orang NU di anggap santrinya Mbah Hasyim Asy'ari.dan bersama beliau kelak.

Rabu, 21 Juli 2021

PENOLAK PENYAKIT THO'UN, WABAH DAN SEMACAMNYA

Imam Ibnu Hajar al-Asqolani berkata :
Di antara yang paling ampuh untuk menolak penyakit tho'un dan semacamnya. Serta (untuk menolak ) bala' besar lainnya adalah dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi Shollallahu’alaihi wa sallam. 

[ Badzl al-Ma'un fil fadhl ath-Tho'un hal. 333]