Sabtu, 11 Desember 2021

RUMI #1

Asslammualaikum.. 


Jalāl ad-Dīn Mohammad Rūmī :

Jika ilmu pengetahuan dan logika membuat orang semakin pandai dan cerdik, mengapa pada saat yang sama menimbulkan permusuhan? 
Mengapa orang beriman itu berpikiran sempit dan banyak melakukan penyimpangan? 
Apakah pandangan sempit merupakan sifat dan ciri para pendiri agama besar? 
Apa sebenarnya nilai kitab suci bagi orang beriman? 
Apakah hanya untuk dibaca dengan suara merdu dan tidak untuk ditafsirkan dalam rangka menjawab realitas kehidupan?
Mengapa orang beriman yang tahu isi kitab suci itu gagal dalam tindakan dan muamalah?

"Bila kamu ingin mempelajari suatu rahasia, hatimu harus melupakan tentang rasa malu dan martabat. Kamu adalah orang yang dicintai Tuhan, namun kamu mengkhawatirkan apa yang orang katakan."

Jangan tanya apa agamaku. Aku bukan Yahudi, bukan Nasrani, bukan Majusi, dan bukan pula Islam. Karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.

"Tidaklah penting bagimu berapa banyak bahasa yang engkau kuasai. 
Sebab, apa yang membuatmu jadi berharga itu, adalah penguasaanmu terhadap bahasa hati."

"Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat menurut kadar cahayanya. Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, semakin jelaslah ia melihat segalanya."

"Hikmah Tuhan menciptakan dunia supaya segala sesuatu yang ada dalam pengetahuan-Nya menjadi tersingkap."

"Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam dunia yang tak terlihat. Bentuk akan berubah, namun intisarinya tetaplah sama."

"Seperti Adam dan Hawa yang melahirkan sekian banyak jenis, cinta lahir dalam sekian banyak bentuk. Lihatlah dunia penuh dengan lukisan, namun ia tidak memiliki bentuk."

"Hanya hati yang dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi."

"Para nabi menerima semua penderitaan dan memercayainya. Sebab air tidak pernah takut akan api."

"Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam."

"Dengan cinta, yang pahit menjadi manis. Dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh. 
Pernahkah kebodohan menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini?"

Setiap waktu yang berlalu tanpa cinta akan menjelma menjadi wajah memilukan di hadapan Tuhan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar